Tiga
kali Khofifah Indar Parawansa dibisiki Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebelum
wafat pada 30 Desember 2009. Pesan Gus Dur hanya satu: kalau meninggal, tulis
di batu nisan makam saya 'the
humanist died here'. Khofifah baru membeberkan amanat Gus Dur itu
lima tahun kemudian.
Suatu
waktu, Gus Dur yang kala itu sudah lengser dari jabatan Presiden Republik
Indonesia keempat jatuh sakit. Selain keluarga, Khofifah memang salah seorang
yang biasa mengurusi keperluan Gus Dur saat keluar dari Istana Negara. Di
kabinet Gus Dur, Khofifah juga membantu sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan.
"Dua
tahun sebelum wafat, beliau bilang ke saya. Mbak Khofifah, kalau saya mati,
tolong tulis di batu nisan makam saya, 'the humanist
died here'," kata Khofifah saat berbincang dengan VIVA.co.id dan
beberapa wartawan lain di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, pada Sabtu malam,
3 Desember 2016.
Dua
bulan sebelum wafat, cerita Khofifah, bersama enam pengurus Muslimat Nahdlatul
Ulama (NU) dia menjenguk Gus Dur di kediamannya di Ciganjur. Waktu itu kondisi
kesehatan Gus Dur kian memburuk. Mantan Ketua Umum Pengurus Besar NU tiga
periode itu istirahat dengan beralaskan tripleks. "Karena memang tidak
bisa lagi tidur di atas," kata Khofifah.
Sambil
memijat kaki sang guru, Khofifah mengobrol santai. Tak lama kemudian, meluncur
lagi dengan suara lirih permintaan Gus Dur yang pernah disampaikan dua tahun
sebelumnya. "Kalau saya sudah tidak ada, tulislah di batu nisan makam
saya, 'the humanist died here',"
cerita Menteri Sosial itu.
Tujuh
hari menjelang wafat, Gus Dur kembali membisiki Khofifah permintaan yang sama.
Ketua Umum Muslimat NU itu menyimpan rapat bisikan gurunya itu. Dia bertanya
kepada dua murid dan orang dekat Gus Dur, Mahfudz MD dan Alwi Shihab, apakah
menerima pesan tertentu, keduanya menjawab tidak. "Akhirnya tidak saya
keluarkan permintaan Gus Dur itu," ujar Khofifah.
Khofifah
baru membuka pesan Gus Dur itu pada 2014 di Ciganjur. Pada acara Haul ke-6 Gus
Dur di dekat makam Gus Dur di kompleks Pondok Pesantren Tebu Ireng Kabupaten
Jombang, Jawa Timur pada Januari 2016 lalu, dia sampaikan lagi amanat Gus Dur
itu.
Saat
itulah alumnus Fisip Universitas Airlangga itu menyampaikan pesan wasiat Gus
Dur soal 'the humanist died here' di batu nisan makam tokoh yang pada masa
kecil dijuluki ayahnya Addakhil itu. "Karena acaranya bersebelahan dengan
makam Gus Dur, kalau tidak saya sampaikan amanat itu, saya berdosa," kata
dia.
Khofifah
mengatakan, ada pesan luhur dia petik dari kejadian itu. Yakni pemikiran Gus
Dur yang teguh tentang bagaimana seharusnya berkemanusiaan. "Gus Dur
dikenal sebagai Bapak Pluralisme, kalau saya, beliau lebih tepat disebut Bapak
Humanis. Karena kehumanisannya Gus Dur melindungi minoritas," ucap dia.
Bulan
Desember ini, tujuh tahun sudah Gus Dur meninggal dunia. Aktivis dan warga NU
mengenang kehadiran dan peran besarnya semasa hidup, baik sebagai tokoh bangsa
maupun NU. Nahdliyin menyebut Desember adalah bulan Gus Dur. Kala kondisi
politik dan sosial negeri panas dan runyam beberapa waktu lalu, tagar Rindu Gus
Dur berseliweran di jagat maya. (ase)
*)http://nasional.news.viva.co.id/

Post a Comment Blogger Facebook