Nabi Muhammad SAW 15 abad lalu telah mencoba dan berhasil
menciptakan konstitusi modern bukan berdasarkan agama, suku, dan identitas
lain. Namun negara berdasarkan kebenaran, kebersamaan, dan keadilan. Konstitusi
yang dimaksud adalah Piagam Madinah. Di dalam konstitusi tersebut melindungi
kaum Muslim Muhajirin dan Ansor, suku Aus dan Khajraj serta suku-suku lain.
Juga pemeluk agama Yahudi, Nasrani, dan Majusi.
Menurut Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj negara yang dipimpin
Nabi Muhammad SAW bukan negara Islam, bukan negara Arab, tapi negara Madinah.
Kata tersebut berasal dari kata tamaddun.
“Artinya setiap suku dan agama memiliki hak dan kewajiban sama.
Yang benar dilindungi. Yang salah dihukum. Tidak pandang bulu agamanya apa,
sukunya apa. Sistem seperti itu disebut tamaddun.
Asalnya bernama Yatsrib diganti jadi Madinah,” tegasnya saat berceramah pada
peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di halaman gedung PBNU, Jakarta, Sabtu
malam (3/12).
Kiai asal Cirebon tersebut mengatakan, sumber sejarah yang
disampaikannya tersebut bisa diperiksa dalam kitab Sirah Nabawiyah juz 2 halaman 219 sampai 221 karya Imam Abdul
Malik bin Hisyam Al-Anshari.
“Menurut Sayidina Ali (Ali bin Abi Thalib) sahihnya (kebenaran
Piagam Madinah) sangat luar biasa setelah Al-Qur’an,” tambahnya.
Piagam Madinah tersebut, lanjut pengasuh Pondok Pesantren
Al-Tsaqofah, Jakarta ini, dikembangkan kiai-kiai NU. Pada Muktamar NU di
Banjarmasin tahun 1936 misalnya kiai sarungan, berpeci dan berbaju takwa,
bersandal bakiak itu memutuskan bahwa mereka menyatakan negara yang akan
dibentuknya bukan berdasarkan agama atau suku.
“Kami Nahdlatul Ulama menghendaki sistem Indonesia ini darus salam, bukan darul Islam, negara damai. Negara yang di dalamnya
terdapat berbagai agama, lintas suku,” katanya.
Kiai-kiai NU waktu itu berpandangan, di negara yang akan
dibentuk, penduduknya baik asli maupun pendatang, latar belakanganya apa saja,
asal satu visi satu misi, maka mereka adalah saudara.
“Ummatan wahidah (satu umat) seperti Rasulullah membangun Madinah asalkan satu
visi, satu misi. Semuanya satu umat, saudara sebangsa setanah air.”
Hadir pada kesempatan tersebut Bendahara Umum PBNU Bina
Suhendra, Ketua PBNU H Aizuddin Abdurrahman, Katib Syuriyah KH Nurul Yaqin
Ishaq dan H Sa’dullah Affandy, Wakil Sekretaris Jenderal PBNU H Imam Pituduh
dan H Andi Najmi, Ketua LD PBNU KH Maman Imanul Haq Faqih, dan lain-lain. (Abdullah
Alawi)
*) http://www.nu.or.id/post/read/73484/piagam-madinah-sahih-setelah-al-quran

Post a Comment Blogger Facebook