Lebih dari 10 tahun yang lalu, saya ke Pekalongan untuk menghadiri acara
pernikahan sepupu. Waktu itu saya mengenakan gamis hitam dan karena
kurang tidur, saya pake kaca mata hitam pula.
Singkat cerita, acara akad berlangsung, setelah selesai, saya bersama seorang sepupu pergi nyelinap dari pintu belakang rumah pengantin, keluar untuk merokok. Kebetulan ada rumah tua di depan pintu belakang tempat acara diadakan.
Ternyata disana ada seseorang yang duduk pake peci, umurnya dibilang tua tidak terlalu tua juga kalau dilihat dr wajahnya. Kami pun salaman dan duduk didepannya.
Dia bertanya, antum siapa? Saya jawab saya Ali, ini sepupu saya Taufiq. Dia kembali bertanya, "antum keluarga pengantin?" Saya jawab "iya." Dia bertanya lagi, "alhaddad?", saya jawab "bukan, ibu saya yg alhaddad, yg nikah anaknya khali (saudara ibu), Kami Assegaf dari Jakarta, tapi asal Makassar.
Dia senyum, "ahlan wasahlan, fadhal kerumah abis ini kita ngopi." Singkat saya jawab, maaf, ammi, kami udah booking kamar di Guci, abis ini kita langsung kesana. "Oh ok, ajib Guci" jawabnya.
"Antum siapa mi?" Tanya saya, dia jawab, "ana Lutfi bin Yahya, ana asli sini, antum kalo berubah pikiran fadhal kerumah." Saya senyum sambil ngerokok, "syukran, insyaAllah". Kamipun ngobrol tentang pekalongan, rumah makan yang enak dll.
Ga lama kemudian, datang gerombolan habaib, semua cium tangan ke beliau, ada yg cium bahu, saya main liat-liatan sama sepupu saya, "jaal, nih orang siapeeeee???", sepupu jawab spontan, "posisi kita offside jal". Tiba-tiba ada teman orang pekalongan, abis cium tangan ke beliau, dia nanya,"li, ente abis majlas (ngobrol) sama habib Lutfi?"
Kamipun langsung 'tiarap' mau cium tangan beliau, sambil lepas kacamata hitam, beliau tarik tangannya tidak sampai tercium, lalu ketawa "ana orang yg sama dengan yang antum ajak ngobrol tadi, mending kita ngobrol-ngobrol seperti tadi, lebih asyik ana."
Source: Ali Heyder
Singkat cerita, acara akad berlangsung, setelah selesai, saya bersama seorang sepupu pergi nyelinap dari pintu belakang rumah pengantin, keluar untuk merokok. Kebetulan ada rumah tua di depan pintu belakang tempat acara diadakan.
Ternyata disana ada seseorang yang duduk pake peci, umurnya dibilang tua tidak terlalu tua juga kalau dilihat dr wajahnya. Kami pun salaman dan duduk didepannya.
Dia bertanya, antum siapa? Saya jawab saya Ali, ini sepupu saya Taufiq. Dia kembali bertanya, "antum keluarga pengantin?" Saya jawab "iya." Dia bertanya lagi, "alhaddad?", saya jawab "bukan, ibu saya yg alhaddad, yg nikah anaknya khali (saudara ibu), Kami Assegaf dari Jakarta, tapi asal Makassar.
Dia senyum, "ahlan wasahlan, fadhal kerumah abis ini kita ngopi." Singkat saya jawab, maaf, ammi, kami udah booking kamar di Guci, abis ini kita langsung kesana. "Oh ok, ajib Guci" jawabnya.
"Antum siapa mi?" Tanya saya, dia jawab, "ana Lutfi bin Yahya, ana asli sini, antum kalo berubah pikiran fadhal kerumah." Saya senyum sambil ngerokok, "syukran, insyaAllah". Kamipun ngobrol tentang pekalongan, rumah makan yang enak dll.
Ga lama kemudian, datang gerombolan habaib, semua cium tangan ke beliau, ada yg cium bahu, saya main liat-liatan sama sepupu saya, "jaal, nih orang siapeeeee???", sepupu jawab spontan, "posisi kita offside jal". Tiba-tiba ada teman orang pekalongan, abis cium tangan ke beliau, dia nanya,"li, ente abis majlas (ngobrol) sama habib Lutfi?"
Kamipun langsung 'tiarap' mau cium tangan beliau, sambil lepas kacamata hitam, beliau tarik tangannya tidak sampai tercium, lalu ketawa "ana orang yg sama dengan yang antum ajak ngobrol tadi, mending kita ngobrol-ngobrol seperti tadi, lebih asyik ana."
Source: Ali Heyder

Post a Comment Blogger Facebook